Rincian peristiwa burung bangau dan seekor ketam
Pertanyaan
1 Jawaban
-
1. Jawaban monicanova77ow5zuv
Anak Burung Bangau Dan Seekor KetamPengarang: Anonim
Kategori: Fabel
Alkisah, pada zaman dahulu terdapat sebuah danau indah berair jernih dan ditumbuhi pohon-pohon teratai yang senantiasa berbunga sepanjang masa. Di sekeliling danau itu pun tidak kalah indahnya karena ditumbuhi oleh pohon-pohon rindang yang berjejer rapi. Suasana seperti ini tentu saja menarik perhatikan makhluk hidup yang ada di sekitarnya. Salah satu diantaranya adalah burung bangau yang selalu selalu datang ke tepian danau untuk menangkap ikan-ikan kecil, ketam atau katak.
Seiring dengan berlalunya waktu, usia Sang Burung pun semakin tua dan fisiknya semakin melemah. Dia tidak segesit dulu lagi dalam menangkap buruannya, baik ikan, ketam ataupun katak. Bahkan, sering ia tidak memperoleh satu pun hasil buruan, sehingga seharian tidak makan.
“Kalau begini terus, aku bisa mati kelaparan. Aku harus mencari cara agar memperoleh makanan dengan mudah,” pikir Sang Burung Bangau.
Setelah berpikir agak lama akhirnya ia menemukan suatu ide dengan berpura-pura termenung di tepi danau seakan tidak bergairah untuk mencari mangsa. Tujuannya adalah agar para penghuni danau menjadi bingung dan menghampiri untuk menanyakan keadaannya.
Ternyata siasat Sang Bangau berhasil. Tidak berapa lama dia duduk termenung, dari arah kejauhan datanglah seekor katak. Setelah agak dekat Si Katak berkata, “Hai Bangau, mengapa engkau hanya duduk termenung dan terlihat murung?”
Dengan cerdik Sang Bangau menjawab, “Aku sedang memikirkan nasib kita yang menghuni danau ini.”
“Ada apa dengan nasib kita? Setahuku, dari dulu hingga sekarang para penghuni di danau ini baik-baik saja,” kata Si Katak.
“Engkau yang hanya tinggal di air tentu saja tidak tahu. Aku yang selalu terbang ke mana-mana sering sekali mendengar manusia sedang berbincang tentang bencana kekeringan yang akan menimpa kawasan ini dalam beberapa bulan mendatang. Tanda-tandanya dapat engkau lihat sendiri kan? Akhir-akhir ini hari semakin panas dan hujan pun sudah lama tidak turun. Aku khawatir danau ini akhirnya mengering dan semua penghuni di dalamnya akan mati,” kata Sang Bangau panjang lebar.
Mendengar penjelasan Sang Bangau tadi Si Katak hanya mengangguk-anggukan kepalanya sebagai tanda persetujuan. Dan setelah berpamitan, tanpa membuang waktu lagi Si Katak langsung melompat ke dalam danau untuk memberitahukan kepada teman-temannya.
Singkat cerita, berita ancaman kekeringan karangan Sang Bangau tersebar cepat sekali ke seluruh penjuru danau. Sebagian besar penghuninya menjadi resah dan gelisah. Mereka lalu mendatangi Sang Bangau untuk meminta penjelasan akan kebenaran berita tersebut.
Setelah berhadapan langsung dengan Sang Bangau, salah satu diantara mereka, Ikan Haruan, memberanikan diri untuk bertanya, “Apakah betul apa yang engkau katakan pada Si Katak mengenai bencana kekeringan yang akan melanda danau ini, hai Sang Bangau?”
“Yang aku dengar dari pembicaraan para manusia memang begitu adanya,” jawab Sang Bangau.
“Apakah engkau dapat membantu kami mengatasi masalah ini?” tanya yang lain.
“Sebenarnya ada satu cara untuk mengatasinya, tetapi aku khawatir kalian semua tidak akan setuju,” jawab Sang Bangau bersiasat.
“Cara apakah itu?” tanya Ikan Haruan dengan tidak sabar.
“Tidak jauh dari sini ada sebuah danau lagi yang sangat besar. Danau itu adalah tempat bermuaranya beberapa sungai besar sehingga akan selalu ada airnya walau berbulan-bulan tidak turun hujan. Apabila kalian dapat berpindah ke danau itu, niscaya masalah kekeringan tidak akan lagi terlintas dalam pikiran,” kata Sang Bangau berbohong.
“Lalu, bagaimana caranya agar kami semua dapat pindah ke danau itu?” tanya beberapa ikan yang lain.
“Tidak ada jalan yang menghubungkan danau ini dengan danau yang aku ceritakan tadi. Satu-satunya cara hanyalah dengan membawa kalian terbang bersamaku. Tetapi karena kemampuanku yang terbatas, aku hanya dapat mengangkut kalian satu persatu. Itu pun kalau kalian percaya padaku. Bagaimana?” Sang Bangau balik bertanya.
Suasana seketika menjadi hening sejenak. Para ikan, ketam dan katak berada pada suatu dilema yang sulit untuk dipecahkan. Di satu sisi mereka merasa harus segera pindah ke danau lain agar tidak mati ketika danau menjadi kering. Namun di sisi yang lain, untuk dapat pindah tersebut mau tidak mau harus ikut Sang Bangau yang notabene adalah predator yang biasa memakan hewan-hewan sejenis mereka.